1.PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Sebelum kita membahas tentang teori realisme sosialis tidak ada
salahnya kita mengetahui sedikit konsep tentang teori mimesis karena teori
realism sosialis adalah “revolusinya
teori mimesis” karena itulah ada sedikit kesamaan antara teori mimesis dan
teori realism sosialis, mimesis memandang karya seni sebagai tiruan atau
pembayangan dari dunia nyata “seni hanyalah tiruan dari alam” konsep ini dikemukakan oleh plato sedangkan aristoteles menyatakan bahwa tiruan itu justru membedakannya
dari segala sesuatu yang nyata dan umum, karena seni adalah aktifitas manusia
dengan proses pembelajaran yang dihasilkan karena adanya daya kreasi dalam
menggapai realita. Realitass bagi Plato adalah sumber dari segala tampilan,
karena tanpa mengetahui realitas mustahil seorang seniman mampu menciptakan
karya yang benar, realitas adalah pengetahuan sejati tentang sesuatu atau
benda.
Seperti halnya ajaran pemikiran lain aliran realisme ini
mempunyai persoalan historis dalam konsepsi dasarnya. Ia menjadi antithesis
dari paham adelisme yang hanya cukup mendasarkan diri dari persoalan idea.
Dalam tataran filosofis, objek yang di pandang paham idealisme hanya ada dalam
akal budi maka sebaikknya kaum realis berpandangan bahwa objek presepsi inderawi
dan pengertian sungguh-sungguh ada ada terlepas dari indra dan budi yang
menangkapnya.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
Bagaimana penjelasan teori realisme sosialis?
1.2.2
Bagaimana kemunculan teori realisme sosialis?
1.3 Tujuan
1.3.1
Mendiskripsikan penjelasan teori realisme sosialis
1.3.2
Mendiskripsikan kemunculan teori realisme sosialis
1.4 Kajian Teori
Lenin meminjam pandangan “bahwa sastra mencerminkan kenyataan
sebagai ungkapan pertentangan kelas”. Tetapi sastra tidak hanya mencerminkan
kenyataan, sastra dapat dan harus turut
membangun masyarakat, seperti halnya pendapat Jan Van luxembrug miekel
bal dan William g Weststeijn dalam bukunya (pengantar ilmu sastra :25) yang
menyatakan “ sastra hendaknya tidak hanya membuka mata orang bagi kekurangan –
kekurangan di dalam tata masyarakat, tetapi juga menunjukkan jalan keluar”.
Dalam sebuah karangan yang di tulis pada tahun 1905 lenin memaparkan apa yang
diharapkan dari sastra. Tulisan itu berjudul “organisasi partai dan sastra
partai”, dalam karangan tersebut lenin meneropong tulisannya dari sudut pandang
jurnalis dan publistik.
2. PEMBAHASAN
2.1 Teori Realisme
Sosialis
Realisme Sosialis adalah salah satu paham/aliran sastra yang cukup
kuat mendominasi di eropa barat, khususnya ketika rezim sosialis menempati
posisi kekuasaan. Aliran ini cukup mempunyai konstribusi yang besar terhadap
kasanah sastra dunia. Namun hingga kini banyak orang yang kurang suka
membicarakannya. Hal ini punya alasan yang cukup kuat mengingat kebenayakan
para sastrawan masih banyak yang berpaham netral dan anti partisan terhadap
segala macam bentuk kekuasaan. Lebih-lebih ketika realism sosialis pernah
mengalami sejarah buruk ketika berada dalam genggaman kekuasaan stalin di rusia
selama beberapa dekade.
Realisme
sosialis dan satra lain yang berbau politis dan memihak kemudian sering di
reduksi sedemikian rupa sehingga tidak lagi di pandang sebagai gagasan
kreatifitas yang humanis. Hal ini tidak terjadi di eropa saja melainkan di
Indonesia di mana para seniman realisme sosialis seperti pramudya Ananta Toer
dkk memang pernah terkait dengan partai komunis Indonesia (PKI) yang punya
masalah historis. Agar reduksi yang menjurus pada sikap subjektifisme/sentiment
berlebihan ini bisa jernih maka perlulah kiranya ditelaah lebih mendasar dan
ilmiah tanpa perluh berprasangka buruk terhadap aliran ini.
Realisme sosial adalah salah satu paham/aliran sastra yang cukup kuat
mendominasi di Eropa barat khususnya ketika rezim sosialis menempati posisi
kekuasaan. Aliran ini cukup mempunyai konstribusi yang besar terhadap kesanah
sastra dunia. Namun hingga kini banyak orang yang kurang suka membicarakannya.
Hal ini punya alasan yang cukup kuat mengingat kebanyakan para sastrawan masih
banyak yang berpaham netral dan anti partisan terhadap segala macam bentuk
kekuasaan. Lebih-lebih ketika realism sosialis pernah mengalami sejarah buruk
ketika berada dalam genggaman kekuasaan Stalin di rusia. Kritik sastra marxis
berdasarkan filsafat marx, khusunya teorinya mengenai materialism. Menurut marx
susunan masyarakat dalam bidang ekonomi, yang dinamakan bangungan bawah,
menentukan kehidupan sosial, politik, intelektual, kultural bangunan. Sejarah
di pandangnya sebagai suatu perkembangan terus menerus, daya-daya kekuatan di
dalam kenyataan secara progresif mereka dan ini semua menuju masyarakat yang
ideal tanpa kelas. Evolusi yang di harapkan
tidak berjalan dengan halus tetapi berjalan tersendat sendat
hubungan-hubungan ekonomi menimbulkan berbagai kelas yang saling bermusuhan,
ini mengakibatkan pertentangan kelas yang akhirnya di menangkan oleh kelas
tertentu.
Dalam teori ekonominya marx menerangkan bagaimana pertentangan antara
kaum borjuis dan proletar bisa membawa revolusi yang bisa menghancurkan sistem
kapitalis. Kaum proletar yang jaya akan melaksanakan masyarakat tanpa kelas.
Perubahan dalam bangunan bawah mengakibatkan perubahan dalam bangunan atas.
Bagi marx, sastra sama dengan gejala-gejala kebudayaan lainnya mencerminkan
hubungan ekonomi, sebuah karya satra hanya dapat di mengerti klo itu di kaitkan
dengan hubungan-hubungan tersebut. Lenin
dapat di pandang sebagai peletak dasar bagi kritik sastra marxis. Ia menulis
lebih banyak dari pada marxis tentang masalah-maslah teoritis yang berkaitan
dengan sastra yang mengembangkan suatu misi yang jelas tentang sastra. Ini di
sebabkan karena ia berpendapat bahwa sastra dan seni pada umumnya merupakan
suatu sarana penting dalam perjuangan melawan kapitalisme dari marx. Lenin
meminjam pandangan “bahwa sastra mencerminkan kenyataan sebagai ungkapan
pertentangan kelas”.
Tetapi sastra tidak hanya
mencerminkan kenyataan, sastra dapat dan harus turut membangun masyarakat, seperti halnya pendapat
Jan Van luxembrug miekel bal dan William g Weststeijn dalam bukunya (pengantar
ilmu sastra :25) yang menyatakan “ sastra hendaknya tidak hanya membuka mata
orang bagi kekurangan – kekurangan di dalam tata masyarakat, tetapi juga
menunjukkan jalan keluar”. Dalam sebuah karangan yang di tulis pada tahun 1905
lenin memaparkan apa yang diharapkan dari sastra. Tulisan itu berjudul
“organisasi partai dan sastra partai”, dalam karangan tersebut lenin meneropong
tulisannya dari sudut pandang jurnalis dan publistik. Dalam karangan itu lenin
Lenin mengutarakan pengertian mengenai “Ikatan Partai” yang menerapkan tiga
syarat bagi sastra:
2.1.1
Sastra harus mempunyai suatu fungsi sosial.
2.1.2
Sastra harus mengabdi kepada rakyat banyak.
2.1.3
Sastra harus merupakan suatu bagian dalam kegiatan partai komunis.
Dengan demikian sastra dijadikan sastra dijadikan
suatu bagian di dalam mekanisme sosial demokratik, yang digerakkan oleh gugus
depan segenap kelompok “kelas” kaum pekerja yang sadar akan politik, sebuah
unsur organik dan sebuah senjata ampu didalam perjuangan sosialisti.
Selama tahun-tahun
pertama semenjak revolusi, pengarang di uni soviet masih agak bebas dalam hal
karang mengarang, partai disibukkan oleh hal yang lebih penting (keadaan
ekonomi yang gawat serta perang saudara), apalagi trostski dan lunattsjaski
tidak mentah-mentah menolak gagasan bahwa seorang seniman harus di berikan
sekedar kebebasan artistik. Namun lambat laun partai makin menggenggam dunia
kebudayaan, semua media massa langsung diawasi oleh partai dan para pengarang
di himpun dalam suatu organisasi yang dipimpin oleh partai pula. Pada kongres
pertama himpunan pengarang pada tahun 1934 diletakkan dasar bagi “realism sosial” yang sampai
sekarang ini melandasi pandangan resmi mengenai kesenian di uni soviet. Aliran
realism sosialis, sesuai dengan pandanga lenin, mengandaikan adanya hubungan
dialektik antara sastra dan kenyataan.
Dari satu pihak kenyataan
tercermin dalam sastra sehingga sastra di anggap menyajikan suatu tafsiran yang
tepat mengenai hubungan-hubungan didalam masyarakat (realisme), di lain pihak
sastra juga mempengaruhi kenyataan sehingga mempunyai tugas mendampingi partai
komunis dalam perjuangan membangun suatu masyarakat baru yang lebih baik
(sosialistik), Jan Van Luxembrud mikel bal dan William g weststeijin (1982:26)
berpendapat “realism sosialis menuntut dari para pengarang agar melukiskan
kenyataan dalam perkembangan revolusionernya, selaras dengan kebenaran dan
fakta sejarah. Selain itu pelukisan yang bersifat artistik itu hendaknya
digabungkan dengan tugas mendidik kaum buruh sesuai dengan semangat komunis.
2.2 Kemunculan Teori Realisme Sosialis
Kalau kita tengok lebih jauh pada dasarnya kemunculan aliran
ini bukan berdiri sendiri. Ia terkait dengan konsepsi dasar filosofis
materialisme dialektik dan materialisme historis (marxisme) yang digagas oleh
karl Marx dan Fredik Engels. Walaupun orang seperti pramudya mengaku tidak
pernah belajar Marxis, namun berbagai karya sastra baik dalam bentuk novel,
cerpen maupun romannya membuktikan keterkaitan tersebut. Apa sebenarnya dalam
filosofis Marxsis yang mempengaruhi sastra ini?
Pernyataan ini adalah suatu pertanyaan mendasar berkaitan dasar
teoritik marxsisme dalam segala bidang. Dalam meninjau hubungan struktur masyarakat marx berpandangan bahwa adat dua
sastra sosial yang ada dalam setiap jaman, yakni basis struktur (struktur
dasar) dan supra struktur (struktur atas). Dalam hal ini filsafat marxis
menenpatkan ekonomi sebagai struktur yang secara urgen mempengaruhi
bidang-bidang lain dalam bidang supra stuktur seperti, pemikiran, politik,
agama, dan kebudayaan. Seluruh komponen supra struktur berubah atau tidaknya
akan sangat di tentukan dari corak produksi ekonomi sebuah masyarakat.
Aliran ini dulunya hanya bersifat sederhana dan terbatas dalam
lingkungan sastrawan yang bersinggungan dalam pemikiran marxis. Namun ketika
ajaran marxixs mampu menampilkan dirinya menjadi sebuah ideology dan di
praksiskan oleh V.I lenin menjadi partai revolusioner kelas pekerja yang
berideolgi sosialisme, dan mempunyai banyak pengikut sastrawan beraliran
realis, maka banyak orang menyebutnya menjadi realisme sosialisme. Aliran ini
lahir pertama kali di rusia atas prakarsa beberapa sastrawan partai Bolshelvik,
antara lain, Marxim gorki yang kemudian di kenal sebagai bapak pendirinya.
3. PENUTUP
3.1 Simpulan
Realisme Sosialis adalah salah satu paham/aliran sastra yang cukup
kuat mendominasi di eropa barat, khususnya ketika rezim sosialis menempati
posisi kekuasaan. Aliran ini cukup mempunyai konstribusi yang besar terhadap
kasanah sastra dunia. Namun hingga kini banyak orang yang kurang suka
membicarakannya. Hal ini punya alasan yang cukup kuat mengingat kebenayakan
para sastrawan masih banyak yang berpaham netral dan anti partisan terhadap
segala macam bentuk kekuasaan. Lebih-lebih ketika realism sosialis pernah
mengalami sejarah buruk ketika berada dalam genggaman kekuasaan stalin di rusia
selama beberapa dekade.
Kalau kita tengok lebih jauh pada dasarnya
kemunculan aliran ini bukan berdiri sendiri. Ia terkait dengan konsepsi dasar
filosofis materialisme dialektik dan materialisme historis (marxisme) yang
digagas oleh karl Marx dan Fredik Engels. Walaupun orang seperti pramudya
mengaku tidak pernah belajar Marxis, namun berbagai karya sastra baik dalam
bentuk novel, cerpen maupun romannya membuktikan keterkaitan tersebut.
No comments:
Post a Comment