Tuesday, March 25, 2014

JANGAN “NJAJAN” SEMBARANGAN



Judul Cerpen               : Jawa, Cina, Madura Nggak Masalah… yang Penting  
                                       Rasanya.
Judul Kritik Sastra      : Jangan “Njajan” Sembarangan
Tema                           : Wanita dalam Sastra
Karya                          : M. Shoim Anwar
Oleh                            : Yulia Ainur Rofiqoh (105200268/2010-B)

            Dalam cerpen “Jawa, Cina, Madura, Nggak Masalah… yang Penting Rasanya” karya M. Shoim Anwar  terdapat bahasan yang menarik yaitu permasalahan wanita yang ingin mengubah pandangan mengenai permasalahan hak, status, kesempatan dan peranan dalam masyarakat. Fenomena tersebut dapat dinamakan sebagai feminisme. Feminisme membahasa tentang bagaimana membuat penjelasan mengenai pengalaman dari berbagai perbedaan tersebut, dibuktikan dalam kutipan sebagai berikut.
“ Mau enaknya saja,” tukasnya “aku tambah lebih capek”
“Mestinya itu urusanmu.” Saya membalas
“Kalau ingin yang cantik kamu harus berkorban”
“Malu” Saya membalas pelan
“Begituan malu kasep, tega-teganya istri disuruh sendirian”
“Kebanyakan perempuan melakukannya sendiri”
“Tiap hari kok melayani melulu dan selalu di bawah suami, sesekali aku di atas biar sedikit leluasa bergerak”
“Sesekali aku juga perlu istirahat”
“ Ini pun demi kamu, kalau kelihatan cantik kamu juga yang senang”  

          Kutipan cerpen tersebut menggambarkan percakapan antara aku dan istri. Terlihat bahwa istri ingin mempunyai hak yang sama, yaitu dilayani oleh suami. Istri mengatakan bahwa ia sudah terlalu capek memenuhi kebutuhan suami sehingga sesekali ia juga harus dilayani. Istri juga menuntut kesempatan dan peranan yang sama, yang tak mau dikuasai oleh suami sehingga ia dapat melakukan sesuatu dengan leluasa termasuk untuk menyuruh suami melakukan perintah sang istri.

          Begitu juga dengan kutipan di bawah ini juga menggambarkan feminism,
“Kalau kurang kamu tambahi,” katanya sambil mengulurkan uang
“Nambahi lagi,” saya ngedumel
“Katanya pingin yang cantik?”
Dari kutipan terlihat tokoh aku terlalu pasrah dan menuruti apa yang diinginkan istri. Meskipun tokoh aku ngedumel ia tetap menuruti kemauan sang istri, terbukti dengan ia brangkat ke tokoh make up untuk membelikan alat- alat kecantikan untuk istrinya. Tokoh Aku diperlakukan seperti itu karena ia menginginkan istrinya cantik sehingga ia juga harus berkorban untuk membantu istri terlihat cantik, salah satunya membelikan perlengkapan kecantikan.
          Setelah pulang dari membeli perlengkapan, tokoh Aku mendapat ide baru untuk membuat sang istri geram. Ia teringat dengan selogan penjajah jajan yang begini bunyinya “Jawa, Cina, Madura nggak masalah. Yang penting rasanya……” sesaat sampai di rumah selogan itu dibisikkan di telingah sang istri, istrinya pun geram dan hendak menampar Aku namun dengan sigap tangannya menepis. Bungkusan plastic ia serahkan dipangkuan sang istri dan sontak ia tertawa dan tak dapat berkata apa-apa. Namun pada akhirnya sang tokoh Aku masih kalah dengan sang istri ini terlihat dalam kutipan berikut
Spontan perempuan itu bangkit dan mendorong saya. Karena tidak siap saya terdorong ke belakang dan jatuh ketika menabrak kursi.
:Jawa, Cina, Madura nggak masalah, yang penting rasanya….,” kata istri saya menirukan sambil tertawa-tawa menuding saya yang sedang terjengkang,sialan!

Dari kutipan tersebut dapat terbukti tokoh Aku tak dapat berkutik, kata “terjengkang” menyimbolkan kekalahan sang tokoh Aku dan ia hanya isa mengumpat saat sang istri menertawakan kekalahannya. Oleh sebab itu jangan “njajan” sembarangan tanpa sepengetahuan anak dan istri. Karena dapat menimbulkan salah sangka dan dampaknya juga kembali ke diri sang suami.

No comments:

Post a Comment