Judul Cerpan : Anak Orang Gila
Pengarang : M. Shoim Anwar
Nama : Yulia Ainur Rofiqoh
NIM/Kelas : 105200268/2010-B
Dalam cerpen Anak Orang Gila karya M. Shoim
Anwar terdapat aspek-aspek yang terkandung dalam psikologi sastra, yaitu berupa
id, Ego dan Super Ego. Apabila dijelaskan lebih lanjut id
memiliki makna sistem
kepribadian manusia yang paling dasar. Id merupakan aspek kepribadian
yang paling gelap dalam bawah sadar manusia yang berisi insting dan nafsu-nafsu
tak kenal nilai dan agaknya berupa “energy buta”. (Endraswara, 2003: 101).
Berdasarkan pengertian tersebut, bahwa id merupakan dorongan dari aspek
biologis yang terjadi secara spontan.,
Suatu
ketika saya bermaksud meninggalkan Rani. Saya akan minggat. Pernah pula terlintas
saya akan bunuh diri. Biarlah segalanya tuntas. Niat semacam itu akhirnya
kandas. Minggat tanpa sebab artinya pengecut dan tidak bertanggung jawab. Bunuh
diri harus saya jauhi karena takut berdosa dan menunjukkan keciutan nalar. Ada
yang bilang bunuh diri itu mendahului kehendak Tuhan.
Alasan mengapa kutipan
di atas disebut sebagai id, karena tokoh utama sempat memikirkan atau
mencari inspirasi mengenai jalan keluar masalah yang ia hadapi akhir-akhir ini.
Ia terinspirasi beberapa hal namun ia segera tersadar dan urung melaukan
hal-hal yang ia anggap tidak pantas dilakukan. Ia kecewa dengan kenyataan bahwa
sang istri keturunan dari orang gila, tak hanya sampai di sini saja bahkan ia
sering mencari-cari inspirasi yang lain, seperti kutipan di bawah ini.
Untuk
mengeksekusi jabang bayi dalam kandungan sudah jelas tidak mungkin. Demikian
pula minggat tanpa alasan. Tapi saya tetap merasa kecewa dengan rani. Saya
kemudian mengambil jalan lain. Saya berusaha bersikap bengis terhadapnya. Ia
saya perlakuakn dengan kasar.
Untuk kali kedua ia
melakukan insirasi yang konyol, hanya karena tak mau memiliki keturunan gila ia
sampai kalap untuk menyakiti seseorang yang ia sayangi dalam keadaan hamil tua.
Pemikiran yang sadar namun tidak sadar ini membuat dirinya terbelenggu oleh
ketakutan yang belum tentu itu terjadi. Ia ketakutan akan pemikirannya sendiri,
sehingga hal itu menguasai alam sadarnya, namun tetap ia masih sadar.
Ego merupakan kepribadian implementatif yaitu berupa kontak dengan dunia luar
(Endraswara, 2004: 101). Dari uraian tersebut menjelaskan bahwa ego timbul
karena dorongan dari aspek psikologis yang memerlukan sebuah proses.
Selama
saya berpacaran dengan Rani, sampai perkawinan terlaksana, boleh dikata ada
masalah. Barulah setelah beberapa bulan saya mengawini dia, segalanya
terungkap. Dalam hal ini saya terpaksa bicara soal bibit, bobot dan
bebet. Untuk bobot dan bebet tak ada masalah. Tetapi
mengenal soal bibit saya menemui masalah besar. Ternyata Rani yang saya
ketahui sebagai seorang perempuan yang teramat cantik dan menawan mempunyai
cacat besar dalam dirinya. Ia adalah anak orang gila.
Dalam kutipan
tersebut dapat dijelaskan bahwa tokoh utama kecewa dengan Rani (Istri dari
tokoh utama). Sejak ia berkenalan dengan Rani hingga berpacaran tak pernah ada
tanda-tanda adanya bibit yang jelek dari seorang Rani yang memiliki
paras yang menawan. Hal ini ia ketahui
setelah ikatan pernikahan dilangsungkan, baru ia ketahui bahwa ayah Rani
mengidap penyakit jiwa. Dari proses perkenalan yang ia jalani merasa kecewa
atas hasil selama ini, kenapa tak diketahui sejak awal bahwa ayah Rani adalah
Anak Orang Gila.
Super ego adalah sistem
kepribadian yang berisi nilai-nilai aturan yang bersifat evaluatif (menyangkut
baik dan buruk). Super ego merupakan penyeimbang dari id. Semua
keinginan-keinginan id sebelum menjadi kenyataan, dipertimbangkan oleh super
ego. Apakah keinginan id itu bertentangan atau tidak. Pada dasarnya,
super ego sama dengan kesadaran. Aspek sosiologi kepribadian, merupakan
wakil dari nilai-nilai tradisional serta cita-cita masyarakat sebagaimana
ditafsirkan orang tua kepada anak-anaknya, yang dimasukkan dengan berbagai
perintah dan larangan. dengan nilai-nilai moral yang ada dalam masyarakat. Super
ego berisi nilai-nilai moral yang ditanamkan pada diri seseorang.
Rencana
selanjutnya pun timbul. Saya akan membujuk Rani agar dia mau minum obat
penggugur kandungan yang telah saya beli secara diam-diam. Bila ia tak mau, ia
akan saya ajak ke rumah Mbah Siti, dukun pijat yang pandai menggugurkan kandungan.
Berhari-hari rencana besar itu saya pikirkan. Pada suatu pagi perlahan-lahan
saya bangkit dari renungan. Rencana semalam untuk menggugurkan kandungan Rani
saya buang ke kali dan hilang disikat arus air. Beberapa kaspsul penggugur
kandungan itu saya remas-remas, lalu saya hamburkan ke air. Ternyata
pengguguran kandungan yang sudah bernyawa itu sama dengan membunuh. Ah, saya
takut berdosa lagi, bukankah tiap-tiap manusia punya hak untuk hidup?.
Dari kutipan di
atas menunjukkan tokoh utama mempunyai rencana untuk menghapuskan kekecewaan
dan rasa ketakutan, namun ia masih
tersadar bahwa perbuatan tersebut tidak baik kalau dipandang dari agama yang ia
percayai. Dengan tekanan-tekanan yang belum pasti itu membuat ia tertekan dari
fisik maupun pikiran, dan akhirnya ia gila yang ia buat sendiri.
No comments:
Post a Comment