Judul Cerpen :
Surat Terakhir
Judul Kritik Sastra :
Hargailah Wanita
Tema :
Wanita dalam Sastra
Karya :
M. Shoim Anwar
Oleh :
Yulia Ainur Rofiqoh (105200268/2010-B)
Wanita adalah makhluk Tuhan yang
paling unik dan istimewah. Istiewah karena setiap bulan mendapatkan jatah untuk
cuti sholat bagi yang muslim, di bawah telapak kakinya terdapat surga bagi
anak-anaknya, dan diciptakan tuhan sebagai makhluk yang sensitive dengan
perasaannya, oleh karena itu wanita selalu menuntut pasangannya untuk “peka”.
Peka dalam artian selalu menghargai perasaan mereka. coba perhatikan cuplikan cerpen Surat Terakhir karya M. Shoim
Anwar di bawah ini
“Papa, bubuk” katanya
“Mama Mana?”
“Nonton tivi
sama Mas Dido”
“Ayo cepet bubuk,” bocah berusia empat tahun itu
kutidurkan. Kutepuk-tepuk punggungngnya. Dia tertidur. Setelah itu kubaca
surat-surat Susmia yang lain. Semua sudah lusuh, bahkan jejak lipatan-lipatan
surat itu ada yang hamper putus karena terlalu sering dibuka dan dilipat.
Dari cuplikan cerpen di atas
menggambarkan seorang suami yang belum bisa move
on dari mantan kekasihnya, namun sudah menghasilkan dua anak dari istrinya,
fenomena yang bisa dibilang sangat lucu. Setiap hari istri melayani, menyiapkan
keperluannya dan anak-anaknya, mengurus semua rumah sendiri tapi semuanya hanya
dibalas dengan penghianatan. Seenggaknya hargailah istri ddengan cara jangan
memikirkan wanita lain selain dia.
Bukan
hanya membayangkan mantan kekasihnya tokoh aku sampai hati menghianati istri,
dengan diam-diam ia membuntuti mantannya dan akhirnya menemui wanita itu. Sebenarnya
wanita itu tak pernah menuntut macam-macam kepada sang suami, hanya ingin
dicintai sepenuh hati itu sudah cukup bagi wanita. Namun sepandai-pandainya
menyembuyikan sesuatu akan ketahuan juga. Sang istri akhirnya menemukan
surat-surat dan foto-fot yang disembunyikan di bawah kasur oleh suaminya ini
terbukti dalam kutipan cerpen berikut
“Anakmu sudah dua! Pakai surat-suratan
segala. Nyimpan foto lagi!”
“Suarat apa?”
“ini” istriku
menunjukkan setumpuk surat dan foto dari balik punggungnya. “Ngaku enggak!”
“Lihat
tanggalnya. Itu surat ketika aku masih bujangan dulu.”
“Sama saja!”
“kamu pasti ada
main lagi!”
“Dengarkan, “
aku memotong. “itu adalah masa laluku. Aku punya hak untuk mengenangnya. Kamu
tak boleh merampas.”
“Itu namanya
kamu egois. Pantas saja nama perempuan itu sering kausebut dalam tidurmu”
Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa
tokoh tak mau melupakan masalalunya. Lupakan masalalumu gunakan itu hanya
sebagai pengalaman hidup, hargai apa yang ada di depanmu sekarang. Hargai dia
sebagai istri dan jangan menoleh kebelakang lagi. Karena istri juga punya hati
yang ingin dicintai hanya seorang diri tanpa ada yang menyaingi.
No comments:
Post a Comment