Friday, May 23, 2014

Wanita Hanya Ingin Dimengerti



Judul Cerpen               : Surat Terakhir
Judul Kritik Sastra      : Hargailah Wanita
Tema                           : Wanita dalam Sastra
Karya                          : M. Shoim Anwar
Oleh                            : Yulia Ainur Rofiqoh (105200268/2010-B)

            Wanita adalah makhluk Tuhan yang paling unik dan istimewah. Istiewah karena setiap bulan mendapatkan jatah untuk cuti sholat bagi yang muslim, di bawah telapak kakinya terdapat surga bagi anak-anaknya, dan diciptakan tuhan sebagai makhluk yang sensitive dengan perasaannya, oleh karena itu wanita selalu menuntut pasangannya untuk “peka”. Peka dalam artian selalu menghargai perasaan mereka. coba perhatikan  cuplikan cerpen Surat Terakhir karya M. Shoim Anwar di bawah ini
            “Papa, bubuk” katanya
“Mama Mana?”
“Nonton tivi sama Mas Dido”
“Ayo cepet bubuk,” bocah berusia empat tahun itu kutidurkan. Kutepuk-tepuk punggungngnya. Dia tertidur. Setelah itu kubaca surat-surat Susmia yang lain. Semua sudah lusuh, bahkan jejak lipatan-lipatan surat itu ada yang hamper putus karena terlalu sering dibuka dan dilipat.


Dari cuplikan cerpen di atas menggambarkan seorang suami yang belum bisa move on dari mantan kekasihnya, namun sudah menghasilkan dua anak dari istrinya, fenomena yang bisa dibilang sangat lucu. Setiap hari istri melayani, menyiapkan keperluannya dan anak-anaknya, mengurus semua rumah sendiri tapi semuanya hanya dibalas dengan penghianatan. Seenggaknya hargailah istri ddengan cara jangan memikirkan wanita lain selain dia.
            Bukan hanya membayangkan mantan kekasihnya tokoh aku sampai hati menghianati istri, dengan diam-diam ia membuntuti mantannya dan akhirnya menemui wanita itu. Sebenarnya wanita itu tak pernah menuntut macam-macam kepada sang suami, hanya ingin dicintai sepenuh hati itu sudah cukup bagi wanita. Namun sepandai-pandainya menyembuyikan sesuatu akan ketahuan juga. Sang istri akhirnya menemukan surat-surat dan foto-fot yang disembunyikan di bawah kasur oleh suaminya ini terbukti dalam kutipan cerpen berikut
   “Anakmu sudah dua! Pakai surat-suratan segala. Nyimpan foto lagi!”
“Suarat apa?”
“ini” istriku menunjukkan setumpuk surat dan foto dari balik punggungnya. “Ngaku enggak!”
“Lihat tanggalnya. Itu surat ketika aku masih bujangan dulu.”
“Sama saja!”
“kamu pasti ada main lagi!”
“Dengarkan, “ aku memotong. “itu adalah masa laluku. Aku punya hak untuk mengenangnya. Kamu tak boleh merampas.”
“Itu namanya kamu egois. Pantas saja nama perempuan itu sering kausebut dalam tidurmu”

Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa tokoh tak mau melupakan masalalunya. Lupakan masalalumu gunakan itu hanya sebagai pengalaman hidup, hargai apa yang ada di depanmu sekarang. Hargai dia sebagai istri dan jangan menoleh kebelakang lagi. Karena istri juga punya hati yang ingin dicintai hanya seorang diri tanpa ada yang menyaingi.

No comments:

Post a Comment